Senin, 20 Desember 2010

SHORINJI KEMPO DAN DOKTRIN

Kempo, olahraga beladiri sejati yang kurang promosi, adalah sebuah kalimat dalam judul tulisan olahraga salah satu media cetak nasional ( Kompas, Rabu, 19 Januari 2005 ) sangat menggelitik untuk dikaji, karena memang masih banyak masyarakat indonesia yang kurang paham terhadap beladiri kempo. Ketidakpopuleran kempo tidak terlepas dari filosofi yang dianutnya, sebagai ilmu beladiri semata yang sarat dengan welas asih. Namun ketidakpopuleran tersebut tidak berarti kempo sulit dipahami.

Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman. Begitulah bunyi doktrin shorinji kempo, sebuah doktrin yang menjadi ruh sekaligus inti ajaran bagi para kenshi yang mendalami seni beladiri shorinji kempo. Seni beladiri yang bercorak defensif, dilarang menyerang sebelum diserang.
Kendati jurus-jurusnya bisa mematikan lawan, shorinji kempo selalu menekankan, perangilah dirimu sebelum memerangi orang lain. Kempo adalah keseimbangan antara kekuatan dan moral. Jika tidak seimbang, hanya kekuatan saja kenshi akan jadi preman, tetapi jika hanya moral saja akan menjadi suatu kelemahan. Oleh karena itu belajar kempo harus memadukan keduanya untuk dikuasai. Secara teknis, gerakan kempo sarat dengan filosofi beladiri yang harus dipahami dengan cermat dan hal ini akan sangat membantu memudahkan mempelajarinya.
Shorinji Kempo dilandasi prinsip BUDO, yaitu secara harfiah menghentikan pertarungan, dalam arti sebenarnya adalah sebuah seni beladiri dimaksudkan bukan untuk berkelahi, berperang atau membunuh manusia, tetapi dimaksudkan untuk menghentikan konflik antar manusia dan membentuk sebuah budaya damai, dalam hal ini Budo memerankan peran moral yang lebih baik dalam masyarakat dan bukan sebagai alat pemusnah. Dalam hal ini tujuan berlatih kempo merupakan modal dasar pembangunan moral dalam lingkungan.

SEJARAH SHORINJI KEMPO

Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.
Sepulangnya di tanah air, mereka bukan saja menggondol ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan seni bela diri seperti tersebut di atas. Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama UTIN SAHRAS mendemonstrasikan kebolehannya bermain Kempo. Ia datang di Jepang pada tahun 1960 dan tinggal di Tokyo sebagai Trainee Pampasan.
Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu dari Sihangnya.
Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu seperti apa yang mereka peroleh di Jepang, ketiga pemuda itu, yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, bertekad melahirkan dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia), dan resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966. Kini PERKEMI telah melahirkan ribuan kenshi yang tersebar diseluruh Indonesia.
Selain itu merupakan salah satu organisasi induk yang bernaung di bawah KONI Pusat, PERKEMI juga menjadi anggota penuh dari Federasi Kempo se-Dunia atau WOSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.
Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.
Sejak didirikannya pada tanggal 2 Februari 1996, PB. PERKEMI telah banyak melakukan kegiatan yang sifatnya lokal, nasional dan internasional. Tahun 1970 telah diselenggarakan Kejauraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan sampai sekarang masih terus berlanjut. Begitu juga dengan Kejuaraan antar Perguruan Tinggi, dimana diadakan pertama kalinya pada tahun 1971 yang sampai sekarang berjalan terus setiap dua tahun sekali.
Selain itu sejak PON IX / 1977 di Jakarta, Kempo termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.

Gerakan dasar bela diri shorinji kempo

Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi sebagian dari latihan bagi para calon Bikshu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu membunuh dan menyakiti, maka semua KENSHI (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.

Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu Kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan bila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan, berupa tendangan, sikutan, pukulan dan sebagainya. Bentuk yang pertama dikenal sebagai JUHO dan yang berikutnya sebagai GOHO.

Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik GOHO (keras) dan JUHO (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan lipatan-lipatan.

Minggu, 19 Desember 2010

Shaolin dan Silat Perisai Diri

Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Pakoe Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoesoedirdjo, buyut dari Pakoe Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Pakoe Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Pakoe Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.

Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Pakoe Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, pada tahun 1930 setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.

Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.

Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan pada tahun 1936 membuka perkumpulan pencak silat dengan nama Eka Kalbu, yang berarti satu hati.

Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.

Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.

Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, diantaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.

Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo melatih di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazine Meester di Pabrik Gula Plered.

Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Seksi Pencak Silat yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Dengan tekad mengembangkan silat, beliau mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu diantaranya adalah Ir Dalmono yang saat ini berada di Rusia, Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama panggilan Mas Wuk.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Propinsi Jawa Timur di Surabaya. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.

Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Di Surabaya, Pak Dirdjo kembali mengembangkan ilmu silat dalam kursus-kursus silat di lembaganya. Di sinilah, dengan dibantu oleh Imam Ramelan, beliau mendirikan Kursus Silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.

Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eka Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah. Murid-murid Pak Dirdjo sebelum nama Perisai Diri muncul hingga kini (tahun 2008) masih hidup. Usia mereka berkisar antara 65 tahun hingga 70 tahun lebih dan masih bisa dijumpai di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera", Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

Pada tahun 1969, Dr Suparjono, SH, MSi (yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pendekar) menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.

Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di Eropa, Amerika dan Australia. Dengan di bawah koordinasi Ir Nanang Soemindarto sebagai Ketua Umum Perisai Diri Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo

Shaolin dan Thifan Po Khan

Selain berkembang ke ke arah timur dan selatan hingga Okinawa, Jepang dan Muangthai, beladiri aliran Siauw Liem (Shaolin) ini juga berkembang ke arah utara hingga masuk ke daerah suku Lama di Tibet dan suku Wigu di Turkistan.

Pada abad ke-12 Hijriyah, dakwah agama Islam masuk ke suku tersebut. Mereka yang telah menganut agama Islam kemudian menyesuaikan ilmu beladirinya dengan menghilangkan unsur-unsur ajaran agama Budha yang ada.

Seorang pemuda bangsawan dari suku Taily yang bernama Je’nan (Tse’ Nan) datang ke tanah San Yu. Je’nan tidak pandai dalam ilmu beladiri, tetapi pandai dalam ilmu syara’ dan dikenal sebagai seorang ahund (ustadz). Ia kemudian bekerja di sebuah lanah (lembaga pendidikan).

Suatu hari, dia mendengar ada suatu ilmu beladiri yang hebat. Ia pun tertarik walaupun belum pernah melihatnya secara langsung, hanya kabar angin dari murid-murid di lanah tersebut. Kemudian ia mendatangi tempat tersebut, ada sebuah ruangan besar berdinding tanah liat, ia melihat beberapa tamid (siswa perguruan beladiri) sedang turgul (latihan bertarung). Je’nan terkesan dan merasa senang melihatnya. Dalam hati Je’nan bertanya mengapa dirinya terlalu bodoh dalam ilmu beladiri dan mengapa dirinya menjadi seorang laki-laki lemah seperti perempuan penari kerajaan.

Je’nan pun merenung tentang kegunaan ilmu beladiri, apalagi ia teringat pernah berdebat dengan seorang tentara kerajaan yang membenci Islam kemudian Je’nan ditampar dan diludahi mukanya. Semangat Je’nan bangkit, kemudian ia datang ke guru ilmu beladiri suku Wigu tersebut. Ia mempelajari dan mengkaji ilmu beladiri suku Wigu selama 6 bulan 9 hari. Kemudian Je’nan berguru secara pribadi ke seorang pendekar yang bernama Namsuit (Nam Choi) yang usianya lebih dari 100 tahun tetapi masih sanggup mematahkan rantai besi. Je’nan berguru dengan tekun kepada Namsuit selama bertahun-tahun hingga menjadi seorang pendekar.

Je’nan kemudian mencoba ilmu beladiri yang telah dipelajarinya dengan mengajak latihan bertarung para siswa seangkatannya yang pernah mencemoohnya sewaktu berlatih bersamanya dulu. Hasilnya, tidak ada yang bisa mengalahkan Je’nan. Semenjak kejadian itu, Je’nan dianggap setara dengan guru, walaupun banyak yang heran karena selama ini Je’nan tidak pernah terlihat latihan ilmu bertarung.

Berita kehebatan Je’nan tersebar luas. Karena Je’nan belum puas dengan ilmu beladiri yang dimilikinya, ia pun pergi mengembara ke arah timur, mendatangi guru-guru yang ditunjukkan oleh Namsuit kepadanya.

Pada saat perjalannya sampai di daerah Kiti, Je’nan bertemu dengan seorang pendekar yang bernama Uzusat. Je’nan diajak bertarung olehnya di acara perayaan yang diadakan di istana Kiti Khan. Je’nan berhasil memenangkan pertarungan dan akhirnya Uzusat berguru kepada Je’nan. Je’nan pun juga sambil mempelajari teknik-teknik beladiri Uzusat saat bertarung. Uzusat mengatakan bahwa gurunya pernah berguru ke pendekar Shaolin di Cina.

Dalam perjalanan pun, Je’nan rajin memperhatikan gerak-gerik dan pertarungan binatang. Ada pertarungan harimau putih dan harimau belang, juga binatang lainnya yaitu kucing, kera besar, panda, ayam sutra dan berbagai serangga. Juga kuda yang ia tunggangi yang kadang terperosok ke dalam tumpukan salju. Ia catat semuanya dalam sebuah kitab.

Akhirnya Je’nan sampai di suatu daerah tempat seorang pendekar yang bernama Syukit. Syukit inilah pendekar yang dimaksudkan oleh Namsuit. Syukit memiliki sebuah kitab ilmu beladiri aliran Shaolin yang diperolehnya dari seorang pemabuk dari Cina. Je’nan meminta kitab itu setelah menukarnya dengan beberapa keping uang emas, karena Syukit adalah pendekar yang sangat miskin yang punya banyak hutang kepada tuan tanah.

Kitab itu terbungkus dengan kulit yang sangat tebal dan berbahasa Cina. Je’nan bisa berbahasa Cina karena ibunya adalah orang Cina dan pernah mengajarkannya bahasa Cina kepadanya. Dipelajarinya kitab itu, sebagian diambil dan diubah bentuknya hingga terbentuk aliran beladiri yang diberi nama Shurulkhan, yang berarti siasat para bangsawan. Setelah berhasil mempelajari kitab tersebut, Je’nan kemudian memiliki 29 murid yang terdiri dari 20 orang tua dan 9 anak muda.

Salah seorang murid Je’nan berkhianat. Dia memfitnah Je’nan kepada raja Qirat, sehingga sang raja memerintahkan pasukannya untuk menangkap Je’nan dan murid-muridnya. Melihat kedatangan tentara kerajaan tersebut, Je’nan dan para murid tua termasuk pendekar Namsuit yang saat itu berada di sana langsung bersiap menghadapinya sehingga terjadilah pertempuran. Namsuit memerintahkan Je’nan agar segera menyelamatkan diri. Akhirnya Namsuit dan para murid tua tewas dalam pertempuran itu.

Dengan penuh luka, Je’nan menunggang kuda putihnya menyelamatkan diri, berpisah dengan 9 murid mudanya yang menjadi pewaris ilmu beladiri Surulkhan. Kemudian Surulkhan pecah menjadi 9 aliran, yaitu Payuk, Orluq, Tae Fatan, Bahroiy, Namsuit, Syirulgrul, Suyi, Krait dan Naiman. Di kemudian hari, 9 aliran ini disatukan kembali oleh seorang pendekar yang bernama Ahmad Syiharani hingga terbentuk aliran Syufu Taesyukhan dan Thifan Pokhan.

Shaolin dan Karate, Jujitsu, Judo, Aikido

Pengaruh ilmu beladiri dari Cina ini dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-aliran seni beladiri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama daerah perkembangannya menjadi Naha Te, Shuri Te, dan Tomari Te. Naha Te mirip dengan seni beladiri Cina aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang bertubuh besar. Shuri Te mirip dengan seni beladiri Cina aliran utara yang pola gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh.

Di Jepang sendiri juga telah ada pola beladiri sejak jaman dulu. Di antaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling pukul dan tendang dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi. Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo pada masa sekarang ini.

Di bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jujitsu atau seni beladiri aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa kelunakan dapat mengalahkan kekerasan dinyatakan berasal dari Cina, dan aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola beladiri lainnya, diantaranya yang sangat populer ialah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano. Karena keuletannya untuk meneliti, melatih, dan mengembangkan diri, Judo telah berhasil diterima merata di seluruh Jepang sebagai satu cabang olahraga modern.

Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi yang lahir di Shuri, Okinawa pada tahun 1869 untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang. Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan.

Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi berbaur dengan seni beladiri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah berkembang pesat ke seluruh dunia dan menjadi olah raga seni beladiri paling populer di seluruh dunia. Masutatsu Oyama kemudian secara resmi mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada tahun 1956.

Pecahnya aliran Shaolin

Di tahun 1900-1901, di Cina meletus perlawanan rakyat menentang masuknya Kolonialisme Barat. Pemberontakan di awal abad ke 20 itu akhirnya menjadi gerakan nasional yang disokong Ratu Tze Shi, yang juga ingin membersihkan tanah airnya dari penjajahan Barat. Dalam peperangan yang dikenal dengan istilah Perang Boxer ini, para pendekar turut berperan aktif dalam berjuang di medan laga, termasuk para pendekar Siauw Liem Sie (Shaolinshi).

Penjajah mengejar dan membunuh pengikut Dharma Taishi, organisasinya dilarang, biara-biara Siauw Liem (Shaolin) dirusak, dibakar dan dihancurkan. Para pendeta yang sempat meloloskan diri ke arah timur dan selatan, lalu mengajarkan aliran Siauw Liem (Shaolin) kepada pedagang-pedagang dari Okinawa, Taiwan dan Muangthai. Ada juga yang ke arah utara, masuk ke suku Lama dan suku Wigu. Karena tidak terorganisasinya kesatuan, maka penyebaran Siauw Liem Sie Kungfu mulai membentuk seni beladiri baru.

Mereka yang melarikan diri ke Muangthai yang cenderung menguasai teknik kasar, yaitu pukulan dan tendangan, mempengaruhi perkembangan beladiri yang ada di negeri tersebut sehingga muncullah Thai Boxing. Ajaran Siauw Liem Sie Kungfu teknik kasar juga mempengaruhi seni beladiri yang ada di Okinawa, yang saat itu belum jadi wilayah Jepang. Maka di Okinawa timbullah seni beladiri yang dinamakan Okinawate yang kemudian berkembang hingga muncul Karate.

Mereka yang melarikan diri ke pulau-pulau Jepang lainnya dan menguasai teknik lunak, yaitu bantingan dan kuncian, juga mempengaruhi seni beladiri yang ada di daerah-daerah tersebut dan muncullah Jujitsu yang dikemudian hari lahir pula Aikido dan Judo.

Shaolin dan Butong

Selain aliran Shaolin, saat ini yang masih eksis adalah aliran Butong. Kalau Siauw Liem (Shaolin) basisnya agama Buddhisme, kalau Butong (Wutang / Wudang) basisnya agama Taoisme.

Pada jaman Dinasti Sung (920-1279 M) ada seorang ahli ilmu bela diri yang sangat terkenal yang bernama Chang Sang Feng (Thio Sam Hong). Pada awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolinshi, kemudian mengasingkan diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam gerakan binatang, seperti kera, burung bangau dan ular. Berdasarkan pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya yang disebut Bu Tong Pay.

Chang mengajarkan supaya menerima pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali pukul. Ciptaannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Gaya aliran Wutang ini segera tersebar merata di seluruh wilayah Cina bagian utara, yang pada masa kemudian akan berkembang menjadi Taichi Chuan, Hsing I Chuan dan Pakua Chuan.

Sistem internal dalam kungfu aliran Butong yang sangat terkenal hingga saat ini adalah Tai Chi Chuan (Taijiquan). Tentu kita tidak asing dengan istilah Tai Chi, apalagi pernah diangkat dalam film layar lebar yang dibintangi oleh Jet Lee, Tai Chi Master.

Ada yang berpendapat, aliran Shaolin berawal dari keras menuju lembut, sebaliknya aliran Butong berawal dari lembut menuju keras. Kelembutan gerakan Tai Chi cenderung selalu membulat dan mengalir. Senjata favorit aliran Shaolin adalah toya (tongkat panjang), sedangkan aliran Butong adalah golok, tapi ada yang berpendapat pedang.

Di berbagai cerita, termasuk komik, banyak anekdot yang menggambarkan persaingan antara pendekar Shaolin dan pendekar Butong.

Munculnya Aliran Shaolin

Di dataran Tiongkok dahulu ada empat partai silat terbesar, yaitu Siauw Liem Pay, Bu Tong Pay, Go Bi Pay dan Kun Lun Pay. Bagi teman-teman yang gemar membaca serial silat yang ditulis oleh Kho Ping Ho tentu tidak asing lagi dengan nama-nama ini.

Kungfu Siauw Liem Pay diajarkan di biara-biara Siauw Liem (Shaolin), biara Buddha aliran Zen, atau disebut Zen Buddhisme. Biara dalam bahasa Tiongkok disebut Sie atau Shi, sehingga biara Siauw Liem (Shaolin) disebut Siauw Liem Sie (Shaolinshi).

Pendiri aliran kungfu Siauw Liem yang sangat legendaris ini adalah Boddhidharma atau Ponitorm, yang di Cina dikenal dengan nama Tatmo Chowsu dan di Jepang dikenal dengan nama Daruma atau Dharma Taishi. Ia adalah seorang pendeta Buddha terkenal yang juga merupakan putra Raja India Selatan. Boddhidharma yang berasal dari Baromon India ini meninggalkan kemewahan istana dan mengembara ke Cina sekitar tahun 540 Masehi untuk menyebarkan dan membetulkan agama Budha yang dianggapnya menyimpang selama ini di Kerajaan Liang dibawah Kaisar Wu.

Karena berbeda pandangan dengan Kaisar Wu mengenai agama Budha, ia diusir dan kemudian mengasingkan diri di sebuah kuil yang sudah rusak di pegunungan Sung di bagian selatan Loyang, ibukota Kerajaan Wei. Kuil ini sudah dibangun bertahun-tahun sebelumnya di sebuah lokasi kebakaran hutan. Saat dibangun, para pekerja kebun menanam beberapa pohon jenis baru. Karenanya kuil tersebut diberi nama Shaolin (bahasa Mandarin) atau Si Lim (bahasa Kanton) yang artinya hutan baru. Di situlah ia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal bakal sekte Zen. Awalnya Boddhidharma ditolak oleh para pendeta di kuil itu. Ia lalu memutuskan untuk bermeditasi (zazen) di gua dekat biara. Setelah sekitar 9 tahun bersemedi, para pendeta kemudian menerimanya.

Boddhidharma melihat kondisi fisik dan kesehatan para pendeta pada waktu itu kurang baik. Karena kondisi seperti itu, para pendeta sampai tidak bisa melakukan meditasi. Boddhidharma pun melatih mereka supaya kondisi kesehatan kembali prima. Selain itu, bertambah banyaknya murid-murid di biara Siauw Liem membuat beberapa orang tidak senang sehingga muncul beberapa gangguan, termasuk gangguan dari para penyamun. Latihan olahraga sekaligus ilmu beladiri yang dia ajarkan disusun dari ilmu beladiri dari Hindustan yang dia kuasai digabung dengan kungfu Cina purba yang diatur dengan ilmu pernafasan Kamfahama Yoga Dahtayana.

Dia pun memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18 Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan.

Ketika para pendeta biara Siauw Liem mempergunakan teknik beladiri ini saat menolong masyarakat, orang-orang sangat kagum dengan kelihaian para pendeta dalam memainkan teknik beladiri baru ini. Maka orang-orang menyebutnya sebagai ilmu beladiri dari biara Siauw Liem, dalam bahasa mereka disebut Siauw Liem Sie Kungfu atau Shaolinshi Kungfu.

Sejarah Shorinji Kempo di Indonesia

Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.

Sepulangnya di tanah air, mereka bukan saja menggondol ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan seni bela diri seperti tersebut di atas.

Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama UTIN SAHRAS mendemonstrasikan kebolehannya bermain Kempo. Ia datang di Jepang pada tahun 1960 dan tinggal di Tokyo sebagai Trainee Pampasan.
Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu dari Sihangnya.

Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu seperti apa yang mereka peroleh di Jepang, ketiga pemuda itu, yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, bertekad melahirkan dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia), dan resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966. Kini PERKEMI telah melahirkan ribuan kenshi yang tersebar diseluruh Indonesia.

Selain itu merupakan salah satu organisasi induk yang bernaung di bawah KONI Pusat, PERKEMI juga menjadi anggota penuh dari Federasi Kempo se-Dunia atau WOSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang.

Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun.



Sejak didirikannya pada tanggal 2 Februari 1996, PB. PERKEMI telah banyak melakukan kegiatan yang sifatnya lokal, nasional dan internasional. Tahun 1970 telah diselenggarakan Kejauraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan sampai sekarang masih terus berlanjut. Begitu juga dengan Kejuaraan antar Perguruan Tinggi, dimana diadakan pertama kalinya pada tahun 1971 yang sampai sekarang berjalan terus setiap dua tahun sekali.

Selain itu sejak PON IX / 1977 di Jakarta, Kempo termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.

Sabtu, 18 Desember 2010

Tekhnik Kempo

Bela diri Kempo merupakan beladiri yang menggunakan teknik lunak (JUHO) maupun teknik keras (GOHO). Keduanya bisa dilakukan secara bersamaan. Teknik lunak atau JUHO merupakan teknik yang menggunakan elakan saja, menekukkan bagian-bagian badan lawan, atau mengunci lawan. Apabila terpaksa maka dilakukan teknik GOHO yang berupa tendangan, pukulan, sikutan, dan sebagainya. Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik GOHO maupun JUHO dan tidak dibenarkan apabila haya mementingkan pukulan dan tendangan saja, dan melupakan bantingan dan lipatan-lipatan

Dengan menggabungkan dua teknik utama, Goho (memukul, menendang dan menangkis) dan Juho (teknik lunak seperti kuncian), setiap murid Kempo memiliki kelebihan masing-masing. Bagi sebagian murid kempo yang lebih menguasai Teknik Goho mereka mengajar mengajarkan teknik di beberapa negara. Di Muangthai berkembang menjadi Thai Boxing dan di Okinawa melahirkan seni beladiri Okinawate yang kemudian dikenal dengan nama Karate. Sementara yang menguasai Teknik Juho melahirkan lagi beladiri lain seperti Ju Jitsu, Aikido dan Judo. Kesimpulannya, bahwa seorang kenshi (murid) kempo memiliki semua kemampuan dari beladiri diatas. (aa/dbs)

KEMPO


Kempo adalah nama generik untuk beberapa aliran Seni bela diri yang berasal dari Jepang dan banyak menggunakan permainan tangan. Jadi bukan nama satu aliran saja melainkan nama dari banyak aliran dan metode. Arti dari Kempo sendiri adalah beladiri dengan permainan tangan (didalam bahasa Mandarin disebut Quanfa).

Adapun beberapa aliran Kempo yang terkenal di Jepang dan negara-negara Barat adalah:

Tenshin Koryu Kempo, seni beladiri yang sudah berusia ratusan tahun sejak sebelum zaman Tokugawa (Era Meiji). Guru besar terakhir dari aliran ini adalah Ueno Takashi. Beladiri Tenshin Koryu Kempo ini berasal dari kombinasi antara Jujutsu aliran Shinto Tenshin-ryu, teknik persenjataan dan tangan kosong Asayama Ichiden-ryu dan Shinto Muso-ryu dengan jurus Daken Taijutsu aliran Hontai Kijin Chosui-ryu Kukishinden Daken Taijutsu. Salah satu pewaris dari aliran ini adalah grandmaster Shoto Tanemura dari Genbukan Dojo

Nihon Kempo, seni beladiri modern hasil ciptaan Master Masaru Sawayama. Beladiri yang unik dan merupakan kombinasi teknik pukul-tendang dari Karate dengan teknik bantingan dan pergumulan dari Judo dan Jujutsu. Sekarang sudah menjadi sebuah olahraga yang diminati di berbagai negara.

Kosho-ryu Kempo, seni beladiri turun temurun dari keluarga Mitose. Grandmaster terakhir dari aliran ini adalah Masayoshi Mitose yang kemudian menurunkan ilmunya kepada murid-muridnya yang berkebangsaan Amerika. Sehingga aliran Kempo ini dikenal dengan nama American Kenpo Karate.

Shorinji Kempo, seni beladiri berasal dari gabungan Indo Kempo (Ilmu Bela diri dari India) dan ilmu ketabiban Tiongkok kuno yang diciptakan oleh Bodhidharma/ Dharma Taishi/ Tatmo Cowsu seorang biksu Buddha untuk diberikan kepada calon bikhsu sebagai pendidikan keagamaan pada Zen Budhisme, pada tahun 550 M, disebarkan sesudah perang dunia ke 2 oleh So Doshin.

BRUCE LIE (NAGA SHAOLIN)


1940 adalah tahun naga, pada tahun itu di suatu rumah sakit di San Fransisco lahirlah Lee Hsiao Lung. Dokter yang menangani kelahiran bayi itu, memberinya nama Inggris, Bruce. Demikianlah sang legenda terlahir.

Saat berusia 6 tahun Bruce kecil sudah berakting untuk pertama kalinya dalam film berjudul “A Beginning Of A Boy”. Hal ini tidak mengherankan karena ayahnya Lee Hoi Chun adalah seorang aktor film.

Sebenarnya Bruce adalah anak yang rapuh bahkan ia termasuk anak yang susah makan. Sehingga ketika dia terlibat perkelahian ala jalanan ia mengalami kekalahan. Waktu itu ia berumur 14 tahun. Setelah berdiskusi dengan ibunya, ia memutuskan belajar seni bela diri.

Jenis ilmu bela diri yang ia pelajari adalahWing Chun, ia berguru dengan Sifu Yip Man. Ia juga berguru dengan master kungfu Siu Hon Sung. Biasanya dibutuhkan tiga minggu untuk menguasai 30 jurus Siu Hon Sung, Bruce Lee hanya memerlukan tiga malam saja. Disamping itu Bruce Lee juga mendapat ketrampilan anggar dari ayahnya. Ada satu hal unik, Bruce Lee tidak hanya mahir beladiri. Ternyata ia pintar menari cha-cha bahkan pada tahun 1958 ia berhasil meraih trophy Hongkong Cha-Cha Championship.

Seiring dengan berjalannya waktu, Bruce lee ingin sekali menguji keahlian kungfunya dalam perkelahian yang sesungguhnya. Maka ia pun terlibat dalam perkelahian jalanan. Polisi memberi peringatan kepada ibunya jika Bruce tidak menghentikan ulahnya maka ia akan ditahan. Lalu ayahnya membuat keputusan untuk mengirim Bruce ke Amerika agar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab.Dengan berbekal 100 US$ berangkatlah ia ke tanah kelahirannya San Fransisco dengan kapal laut. Dalam perjalanan Bruce masih sempat mencari uang dengan memberi kursus tari cha-cha.
 
Di San Fransisco, Bruce dititipkan kepada teman ayahnya, Ruby Chow, pemilik sebuah restoran. Bruce pun ikut bekerja di restoran tersebut. Setelah menyelesaikan SMA, Bruce masih giat membina fisiknya. Baginya tidak cukup sekedar menjadi ahli seni bela diri yang baik, ia harus menjadi yang terbaik.

Bruce pun kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Seattle dan mengambil jurusan filsafat. Di universitas tersebut ia bersua dengan sesama teman dari Asia bernama Taki Kimura Kimura pernah mengalami serangkaian serangan rasialis. Didasari belas kasihan, Bruce memotivasi Kimura untuk meningkatkan harga dirinya dengan cara melatih dia seni beladiri. Inilah cikal bakal sekolah seni beladiri kungfu dan tidak lama kemudian sekolah itu pun berdiri. Sekolah ini terbuka untuk umum atau bagi siapa saja yang berminat. Berbeda sekali dengan di Hong Kong. Di Hong Kong, kung fu adalah ilmu rahasia yang tidak boleh sembarangan diajarkan kepada orang. Hanya orang terhormat saja yang boleh mempelajari kung fu.


Tahun 1961 ia berjumpa dengan seorang gadis bernama Linda Emery. Mereka jatuh cinta, menikah, lalu lahirlah Brandon disusul Shannon dua tahun kemudian.

Tahun 1964, dalam suatu turnamen karate, Bruce mendemonstrasikan jurus pukulan satu inchi yang legendaris. Seorang producer acara televisi sangat terkesan dengan penampilan Bruce yang penuh intensitas dan konsentrasi. Lalu ia melakukan pendekatan pada pihak Bruce Lee. Setelah melalui screening test, akhirnya Bruce mendapat peran sebagai kato dalam film Green Hornet. Kato hanyalah peran pembantu dalam film itu, namun popularitasnya mengalahkan peran utamanya, terlebih di Hong Kong

Van Williams, bintang utama Green Hornet, menceritakan tentang banyaknya stunt-man terluka karena gerakan Bruce, akibatnya sukar mencari stunt-man yang bersedia bekerja dengan Bruce. Bruce juga memiliki gerakan yang teramat cepat untuk ditangkap oleh kamera sehingga Bruce terpaksa memperlambat pergerakannya.

Setelah proyek “Green Hornet” usai Bruce membuka sekolah kung fu lagi yang baru bernama “Lee Jun Fan, Gung Fu Institute”. Di tempat inilah Bruce Lee belajar menggunakan senjata nunchaku. Para pesohor pun belajar kung fu di tempat ini seperti Kareem Abdul-Jabbar, James Coburn, dan Steve McQueen. Popularitas Bruce pun meningkat dan ini menaikkan nilai seorang Bruce Lee, untuk satu sesi latihan selama satu jam harga yang ditetapkan 300US$.
Di sekolah yang baru itu pula lah Bruce menciptakan teknik Jeet Kune Do, teknik memotong serangan. Bruce berpendapat memotong serangan lebih baik dan lebih cepat dari pada menahan lalu melakukan serangan.

Tahun 1967, Bruce membintangi “A Man Called Ironside”, sebagai seorang master martial art, Bruce sering melakukan adegan berbahaya sendiri tanpa stunt-man. Karir filmnya terus berlanjut, sampai akhirnya ia bisa memenuhi apa yang dicita-citakan yaitu dibayar lebih mahal daripada Steve McQueen perfilm.
Dengan pertimbangan tertentu Bruce memutuskan melanjutkan karir filmnya di Hong Kong. Beberapa film dibintanginya, sekarang Bruce sudah dianggap sebagai pahlawan nasional. Tidak puas dengan itu semua, dia membuka perusahaan sendiri karena ia ingin menulis skenario, menyutradarai, sekaligus membintangi film selanjutnya. Lagi-lagi Bruce berhasil, beberapa film produksi perusahaannya laris manis di pasaran.

Setelah berbagai film dibuat dan berbagai kesuksesan diraih, pada tanggal 10 Mei 1973 Bruce tiba-tiba pingsan selama setengah jam saat mengisi dubbing untuk “Enter The Dragon”. Dokter memberinya resep Manatol, obat untuk mengatasi gejala brain swelling (pengembangan otak).

Pada 20 Juli 1973, Bruce berencana akan bertemu dengan Raymond Chow dan Betty Ting Pei, yang akan menjadi salah satu bintang dalam film “Game of Death”. Di rumah Betty, Bruce mengeluh sakit kepala kemudian dia meminum Aguagesic, obat sakit kepala yg biasa dikonsumsi Betty. Lalu Bruce merebahkan diri, saat tertidur ternyata serangan brain swelling datang kembali. Akhirnya Bruce meninggal di ruang gawat darurat RS Queen Elizabeth.
 
Misteri Di Balik Kematian Bruce Lee

Kabar kematian Bruce Lee sangat mengejutkan, bahkan banyak yang tidak percaya. Berbagai spekulasi tentang kematiannya bermunculan, seperti:
1. Dia dibunuh oleh gangster karena menolak membayar uang keamanan, suatu praktek yang lazim dalan dunia perfilman Hong Kong saat itu.
2. Dia dibunuh pendekar shaolin yang marah karena Bruce telah menyebarkan kung fu kepada semua orang di penjuru dunia
3. Bruce dikutuk karena telah membeli rumah berhantu
4. Bruce meninggal saat berselingkuh dengan Betty Ting Pei
5. Kebanyakan orang Cina yakin Bruce tewas karena terlalu keras berlatih kung fu
Terlepas dari spekulasi tersebut, fakta medis menyebutkan Bruce meninggal setelah mengalami koma karena Cerebral Edema, pembengkakan otak karena cairan yang berlebih.

Berikut ada hal2 yg mungkin anda tidak tau mengenai Bruce Lee.

1. Bruce Lee memiliki cacat bawaan: kaki yang panjang sebelah dan testis yang besar sebelah.
2. Bruce Lee sebenarnya pake kacamata yg cukup tebal, dan dia menggunakan soft lens. Ternyata di Amerika soft lens udah ada dari jaman dahulu.
3. Bruce Lee bukan 100% Chinese, ibunya Grace Lee adalah blasteran chinese & german, jadi bisa dikatakan Bruce Lee memiliki 1/4 darah Jerman.
4. Bruce Lee pertama kali tampil dalam film pada umur 3 bulan. Ia dibawa ayahnya, seorang yg cukup terkenal dalam Chinese Opera untuk tampil pada film pertamanya.
5. Dalam suatu lelang, sebuah surat tulisan tangan Bruce Lee untuk memotivasi dirinya sendiri dgn judul “My Definite Chief Aim” terjual seharga US$29,500.
6. Kecepatan pukulan Bruce Lee adalah 1/500 detik dari jarak sekitar 1 meter ke targetnya.
7. Bruce Lee seorang yang sangat kuat untuk ukurannya, dia dapat melakukan pull up 50 kali dgn satu tangan. Bolo Yeung (aka Chong Li) yang segitu gede tidak pernah menang panco lawan Bruce Lee.
8. Bruce Lee dapat melakukan push up dgn satu tangan hanya dgn 2 jari (telunjuk dan jempol) dan terkadang dengan dua tangan, namun hanya menggunakan jempol saja.
9. Bruce Lee mempopulerkan teknik ‘one inch punch’ yaitu tinju dari jarak 1 inci, dan pada satu turnamen karate, dia mempraktekannya pada seorang juara judo asal Jepang yang memiliki berat sekitar 100 kg. Di sini terlihat pejudo itu ditinju dari jarak 1 inci sampai terangkat kedua kakinya dari lantai.
10. Pada umur 13 tahun Bruce Lee berguru pada Yip Man untuk belajar Wing Chun karena pada waktu itu ia ikut geng dan sering berantem dgn geng lain. Ia berpikir kalau teman2 gengnya sedang tidak bersamanya, bagaimana jika ia diserang rame2.
11. Ada tiga murid Bruce Lee yg pernah memenangkan World Karate Champion: Chuck Norris, Joe Lewis dan Mike Stone.
12. Di Amerika Bruce Lee mengajarkan kung fu kepada semua ras dgn tidak pilih2, dan karena itu dia ditantang oleh perguruan kung fu lain dgn tuduhan membocorkan rahasia Chinese Martial Art kepada ras lain. Bruce Lee menerima tantangan itu dan menghajar wakil dari perguruan tsb dalam waktu 3 menit. Bruce Lee kecewa, menurut dia perkelahian haruslah berlangsung dalam beberapa detik. Dari sini dia mulai berlatih lebih keras lagi, dan menemukan konsep “Jeet Kune Do”.
13. Film Dragon The Bruce Lee Story yg diperankan Jason Scott Lee adalah film yang sangat tidak akurat dalam menggambarkan cerita nyata Bruce Lee. Di film itu Bruce Lee ditendang punggungnya, menjadi lumpuh dan harus duduk di kursi roda. Dalam kejadian nyata, cedera Bruce Lee disebabkan karena ia berlatih dgn beban yg terlalu berat dan menyebabkan cedera tulang belakang, dan sebenarnya dia tidak pernah duduk di kursi roda.
14. Dalam istirahat dari cedera tulang belakangnya Bruce Lee selama 6 bulan, terciptalah buku “Tao of Jeet Kune Do” yg menjadi best seller.
15. Beberapa waktu sebelum kematian Bruce Lee, pa qua (sejenis jimat yg dipercaya dapat menangkal evil spirits) pada rumah Bruce Lee jatuh tertiup angin.

SHORINJI KEMPO TECHNICAL PAGES PRESSURE POINT DIAGRAMS

ARM - PRESSURE POINTS ON THE INSIDE AND OUTSIDE

 LEGS - PRESSURE POINTS ON THE FRONT AND BACK


HEAD - PRESSURE POINTS ON HEAD AND FACE


TORSO - PRESSURE POINTS ON THE TRUNK


TURSO - PRESSURE ON THE BACK

Jumat, 17 Desember 2010

JANJI DAN IKRAR KENSHI

JANJI

Kami berjanji: Dalam menuntut ajaran kempo akan selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati atasan, tidak meremehkan bawahan, saling mengasihi saling menolong demi kelangsungan ajaran kempo.
Kami berjanji: Akan tunduk kepada pimpinan, mengikuti latihan tanpa keraguan sebagai insan yang murni.
Kami berjanji: Akan mengamalkan ajaran kempo ini bagi masyarakat banyak dan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Demi tanah air, demi persaudaraan, demi kemanusiaan.



IKRAR

Kami putra Indonesia: Pecinta tanah air, bertekad mempertinggi martabat bangsa.
Kami putra Indonesia: Pembela kebenaran dan keadilan, bersopan santun, senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara, diatas kepentingan pribadi.
Demi tanah air, demi persaudaraan, demi kemanusiaan.

Kamis, 16 Desember 2010

For You :)

Buat Saya, 

Kempo adalah Olahraga bela diri yang sudah menyatu padu dalam diri saya. Filosofinya yang agung sudah begitu tertanam dalan sanu bari.
Berkat Kempo juga saya mengenal sebentuk Cinta yang lain.
Cinta yang tak terduga, yang seharusnya tidak boleh saya punya.
Cinta yang seharusnya tidak dia berikan begitu nyata pada seorang Kenshi.


Bila,
Kemudian Cinta begitu menguasai diri....
akan kah sebentuk hati hanya menjadi budak sebuah Obsesi?

Bila,
dalam perjalanan Cinta terlanjur diikrarkan....
akankah bisa di persatukan?

Bila,
Akhirnya Cinta menjadi hal yang terlarang....
akankah Fani dan (dirahasiakan) berserah diri atas nama Cinta?

---oOo---